You are here
UNY dan SMA Muhammadiyah 2 Yogyakarta Latih Guru Tingkatkan Strategi Literasi Siswa
Primary tabs

Yogyakarta – Merespons peringkat literasi Indonesia yang masih tertinggal dalam pemeringkatan global, Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) bekerja sama dengan SMA Muhammadiyah 2 Yogyakarta menggelar pelatihan strategi literasi bagi guru. Program ini bertujuan untuk memperkuat kompetensi pengajaran berbasis teks demi meningkatkan kualitas pembelajaran di kelas.
Pelatihan dilaksanakan pada 2 dan 11 Juni 2025, diikuti oleh 50 guru dari berbagai mata pelajaran. Kegiatan ini dipandu oleh tim dari Departemen Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (PBSI) UNY sebagai bagian dari program pengabdian kepada masyarakat.
Dr. Dwi Hanti Rahayu, ketua tim pelaksana, menekankan bahwa peningkatan literasi bukan sekadar tugas kurikulum, tetapi tanggung jawab kolektif para pendidik. “Literasi siswa tidak bisa dikerjakan sendiri; ini pekerjaan bersama,” ujarnya.
Fokus Integrasi Teks dan Penilaian Kritis
Pelatihan hari pertama difokuskan pada integrasi literasi dalam berbagai mata pelajaran. Dr. Esti Swatika Sari dan Dr. Beniati Lestyarini menyampaikan strategi lintas bidang yang menekankan pentingnya teks dalam membangun pemahaman konseptual. Sementara itu, fasilitator Eko Triono, M.Pd., dan Silmi Nur Azizah Tara, M.Pd., memandu sesi kolaboratif yang mendorong guru membedah elemen literasi dari silabus masing-masing.
Hari kedua difokuskan pada penyusunan instrumen penilaian berbasis teks. Guru-guru dibagi berdasarkan rumpun pelajaran untuk merancang alat evaluasi yang mendalam dan aplikatif, yang selanjutnya akan dikembangkan dalam sesi pendampingan lanjutan hingga 2026.
“Literasi bukan hanya membaca teks, tapi juga membaca realitas sosial,” ujar Dr. Esti menegaskan esensi pelatihan.
Upaya Mikro untuk Perubahan Makro
Kepala SMA Muhammadiyah 2 Yogyakarta, Hj. Retno Sumirat, M.Pd., menyambut baik program ini sebagai bagian dari perbaikan mutu sekolah. “Tingkat literasi siswa memengaruhi rapor mutu pendidikan kita. Maka upaya ini sangat strategis,” katanya.
Langkah kolaboratif ini menjadi bagian dari respons terhadap temuan Programme for International Student Assessment (PISA) yang menempatkan Indonesia di peringkat bawah dalam kemampuan membaca. Dengan format soal yang kian menekankan pemahaman kritis, pelatihan semacam ini diharapkan menjadi inisiatif awal menuju reformasi sistemik pendidikan nasional.
Program ini akan terus dimonitor hingga 2026 sebagai bentuk uji coba reformasi yang berpotensi direplikasi secara lebih luas di masa mendatang. (*)
Copyright © 2025,